SATUAN
ACARA PENYULUHAN (SAP) TBC
POKOK
BAHASAN : PENYAKIT DALAM
SUB
TOPIK : TBC
SASARAN : WARGA DESA LEDUG RT 03
HARI/TANGGAL :
MINGGU, 22 APRIL 2012
JAM : 10.00 WIB
WAKTU : 70 MENIT
TEMPAT : BALAI DESA LEDUG
A. TUJUAN
INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti
kegiatan penyuluhan diharapkan warga dapat menginformasikan dan mengetahui tentang penyakit TBC sehingga dapat menjaga
kesehatan dan lingkungan sekitar.
B. TUJUAN
INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti
kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat :
1. Masyarakat
mampu menjelaskan Pengertian TBC dengan benar
2. Masyarakat
mampu memahami Proses penularan TBC
3. Masyarakat
mampu mengenali Gejala – gejala TBC
4. Masyarakat
mengerti dan mau untuk Pengobatan TBC
C. MATERI
1. Pengertian
TBC
2. Proses
penularan TBC
3. Gejala
– gejala TBC
4. Pengobatan
TBC
D. METODE
Strategi yang digunakan
dalam penyampaian penyuluhan ini berupa
1. Ceramah
2. Tanya
jawab
E. MEDIA
Materi SAP dan Leaflet
F. STRATEGI
PELAKSANAAN
1. Pembukaan : 5 menit
2. Penyampaian
Materi : 40 menit
3. Diskusi /
Tanya Jawab: 15 menit
4. Evaluasi : 5 menit
5. Penutup : 5 menit
G. EVALUASI
1. Jelaskan
Pengertian TBC !
2. Jelaskan
Proses penularan TBC !
3. Sebutkan
Gejala – gejala TBC !
4. Jelaskan
Pengobatan TBC yang harus dilakukan oleh masyarakat !
H. SUMBER
I. LAMPIRAN
MATERI
TUBERKULOSIS
(TBC)
1. Pengertian
TBC/Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan
bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada
dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis
/ TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas),
angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan
penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah
India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah
TBC terbesar di dunia.
2. Proses
Penularan TBC
Sumber penularan adalah dahak penderita TBC yang
mengandung kuman TBC. TBC menular melalui udara bila penderita batuk, bersin
dan berbicara dan percikan dahaknya yang mengandung kuman TBC melayang-layang
di udara dan terhirup oleh oranglain.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang
tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam
paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya
tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh sebab
itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru.
3. Gejala
– gejala TBC
a. Gejala
sistemik/umum
1) Demam
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
2) Penurunan
nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4) Perasaan
tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala
khusus
1) Tergantung
dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang
disertai sesak.
2) Kalau
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
3) Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
4) Pada
anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan
gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC
dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang
tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan
30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
4. Pengobatan
Penderita TBC
a. Tahap
pencegahan
Berkaitan dengan
perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC, maka
tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1) Pencegahan
Primer
Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ;
a) Imunisasi
Aktif
Melalui vaksinasi BCG
secara nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan
orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak
absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan
b) Chemoprophylaxis,
obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus
dikombinasikan dengan pasteurisasi produk ternak,
c) Pengontrolan
Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan diabetes,
silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
2) Pencegahan
Sekunder
Dengan
diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang
timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol
pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi
spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode
tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC
sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu,
pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk
seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah
kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan
imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan
dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan
investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan
memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan
untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari
tekanan psikis.
3) Pencegahan
Tersier
Rehabilitasi
merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus
berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian
rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan
kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial
dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.
b. Pengobatan
Pengobatan
dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Lama
pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus
minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan
sembuh. Dilakukan tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui
perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal,
sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.