INDAHNYA KEBERSAMAAN
Kamis, 19 April 2012
manajemen pelayanan kebidanan
A.
DEFINISI OPERASIONAL
Dalam pelayanan kebidanan
,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk
memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan
kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai
provider. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen
kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. Defenisi operasional :
1.
Ada Standar Manajemen Asuhan
Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
2.
Ada format manajemen kebidanan
yang terdapat pada catatan medik.
3.
Ada pengkajian asuhan kebidanan
bagi setiap klien.
4.
Ada diagnosa kebidanan.
5.
Ada rencana asuhan kebidanan .
6.
Ada dokumen tertulis tentang
tindakan kebidnan
7.
Ada catatan perkembangn klien
dalam asuhan kebidanan.
8.
Ada evaluasi dalam memberikan
asuhan kebidanan.
9.
Ada dokumentasi utuk kegiatan
manajemen kebidanan.
B.
Langkah Langkah dalam Manajemen
Pelayanan Kebidanan.
Manajemen pelayanan kebidanan
tentu saja mengambil sistem manajemen pada umumnya.Dalam pelayanannya juga
melaksanakan aktifitas manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian ,
pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi).
Langkah I : Pengumpulan Data
Dasar
Pada langkah ini dilakukan
pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.
Anamnesa :
a.
Biodata
b.
Riwayat Menstruasi
c.
Riwayat Kesehatan
d.
Riwayat Kehamilan, Persalinan
& Nifas
e.
Biopsikospiritual
f.
Pengetahuan Klien
2.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.
Pemeriksaan Khusus : Inspeksi,
Palpasi, Auskultasi, Perkusi
4.
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium, Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi
yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan
melakukan konsultasi Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Pada keadaan tertentu dapat terjadi
langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari
langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang
bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal
yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II :
Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
1.
Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang
ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
a.
Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
b.
Berhubungan langsung dengan
praktek kebidanan
c.
Memiliki cirri khas kebidanan
d.
Didukung oleh clinical judgement
dalam praktek kebidanan
e.
Dapat diselesaikan dengan
pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa. Sebagai contoh : Diperoleh diagnosa “kemungkinan
wanita hamil” Masalah : wanita tsb tidak
menginginkan kehamilannya.
Contoh lain
: Wanita hamil Trimester III
Merasa takut
terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.
Perasaan takut
tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi
tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut
dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
2.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai. Contoh perumusan masalah :
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai. Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita
mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan.
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan.
3.
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Contoh kebutuhan :
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar :Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan : Penyuluhan bahaya binatang terhadap
kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan
sekeluarga menyayangi binatang
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau
Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah
ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh : Seorang wanita dengan
pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan
penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
1.
Besar dari masa kehamilan
2.
Ibu dengan diabetes kehamilan,
atau
3.
Kehamilan kembar
Kemudian
dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada
persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk
resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita
infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya
peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan
yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada
setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap
bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Langkah IV :
Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu
wanita tersebut dalam persalinan. Data baru
mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data
yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya
prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga
bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam
kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,
ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V :
Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah
ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi,
kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata
lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena
itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai
dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional
berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang
lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang
lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI :
Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah
keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya:
memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi
dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII
: Evaluasi
Pada langkah
ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
presentasi bokong
1. DEFINISI
Presentasi
Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
2. INSIDENSI
Presentasi bokong memiliki angka kejadian sekitar 3-8%
dari seluruh persalinan pervaginam.
3. ETIOLOGI
Faktor Janin: Kembar, hidrosefalus, anensefali,
oligohidramnion, polihidramnion.
Faktor Ibu: Uterus abnormal (uterus bikornus), uterus
kendor, plasenta previa, plasenta di fundus
4. KLASIFIKASI
a.
Presentasi
bokong murni (Frank Breech)
Yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut
sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
b.
Presentasi
bokong lengkap (Complete Breech)
Yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari
pada ekstensi.
c.
Presentasi
bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan
satu atau kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau
lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir,terdiri dari :
1) Letak kaki :
Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Presentasi
Kaki
2) Letak lutut :
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
5. DIAGNOSIS
a.
Pemeriksaan
Abdomen
1) Palpasi
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Leopold I :
Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati bagian fundus
uteri.
Leopold II
: Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil
berada pada sisi yang lain.
Leopold III
: Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement belum
terjadi.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
b.
Pemeriksaan
dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus.
c.
Pemeriksaan
Penunjang.
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
d.
Skor
Zatuchni Acros
Tujuan penelitian untuk menilai keberhasilan persoalan sungsang genap bulan
dengan memakai skor Zatuchni-Andros (Z,A).
Resiko asfiksia pada persalinan
sungsang bulan dengan pervagnam adalah 5.28 kali lebih besar pda menit pertama,
8.01 kali pada menit kelima dan 25.69 kali pula menit kesepuluh
pada skor Z-A 4 dibanding pada skor Z-A 4.
Risiko asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan dengan cara pervaginam 3.75 kali lebih besar pada menit
pertama, 3.21 kali pada menit kelima dan 3.29 kali pada skor Z-A 4.
Kejadian asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan pada persalinan pervaginam sama dibandingkan persalinan
bedah caesar pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok inersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 1.86 lebih besar pada
menit pertama, 1.99 kali pada menit kelima dan 1.19 kali pada menit kesepuluh
pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok innersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 3.98 kali lebih besar
pada menit pertama, 2.17 kali pada menit kelima, sama pada menit kesepuluh pada
skor Z-A 4.
6. MEKANISME
PERSALINAN BOKONG
a. Persalinan Spontan (spontan bracht)
![]() |
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri , tanpa manipulasi penolong
Gambar 4. Persalinan dengan spontan
Bracht
b. Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan
sontan tidak berhasil, atau jika scapula
inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyaki 2-3 kali.
Fase
persalinan pada ekstraksi parsial:
1. Fase lambat
Fase dimana penolong menunggu dengan sabar
lahirnya bokong sampai umbilicus,
setelah itu tali pusat dikendorkan
2. Fase Cepat
Fase dimana penolong harus bertindak cepat,
mulai dari lahirnya umbilicus sampai
lahirnya mulut, maksimal waktu adalah 8 menit
3. Fase
Lambat
Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai
berturut turut lahir hidung, dahi dan seluruh
kepala.
Ekstraksi Parsial
dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Cara Klasik
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam ke atas sejauh mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
2. Cara Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan
terlebih dahulu, kedua tangan penolong
memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian ditarik
ke atas untuk melahirkan bahu belakang
![]() |
3. Cara Lovset
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180 derajad, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan untuk melahirkan bahu belakang
c. Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi
bokong dan ekstraksi kaki.
Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong
sudah berada di dasar panggul, sedangkan
ekstraksi kaki dilakukan pada
presentasi kaki, atau bokong masih
dapat dibebaskan dari pintu atas
panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard
![]() |
d. Melahirkan Janin dengan Lengan Menunjuk (Nuchal Arm)
Kadang ada kalanya bahu janin tidak dapat
lahir yang disebabkan karena lengan yang
tersangkut dalam posisi menunjuk (nuchal arm). Lengan menunjuk maksudnya adalah posisi salah satu lengan
berada di belakang leher janin dan menunjuk
ke suatu arah. Untuk melahirkan janin dengan kondisi seperti ini , dapat digunakan kombinasi antara cara
Klasik dan Lovset, yaitu cara BICKENBACH’s.
e. Cara Bickenbach’s dilakukan dengan cara:
Bila yang menunjuk adalah lengan depan:
Kedua tangan penolong mencengkam badan janin
sedemikian rupa sehingga kedua
ibu jari penolong berada di punggung ianin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian penolong memutar badan
janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan
janin menunjuk, sehingga lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi di depan dada janin , dan
menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah
ini lengan belakang dilahirkan dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan
dengan cara klasik.
![]() |
Bila yang menunjuk adalah lengan belakang:
Caranya hamper sama dengan bila yang menunjuk
adalah lengan depan, namun kedua
tangan penolong mencengkam badan janin sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada di dada
janin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian
penolong memutar badan janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan janin menunjuk, sehingga
lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi
di depan dada janin , dan menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah ini lengan belakang dilahirkan
dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan dengan cara klasik.
Melahirkan Kepala :
Untuk melahirkan kepala, dapat dilakukan
dengan cara Mauriceau. Cara ini dilakukan
dengan cara tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina mencari mulut janin, setelah ketemu, jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut janin, dan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada fossa kanina sehingga dapat menahan
kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi. Badan janin ditopang di tangan kiri penolong sehingga janin tampak seperti menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan mencengkam
leher janin dari arah punggung . Setelah itu dilakukan traksi cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai
hipomoklion, baru dilakukan traksi cunam ke atas,
sehingga lahirlah berturut turut mulut, hidung, mata , dahi.
![]() |
f.
Persalinan
PerAbdominal (SC)
Persalianan presentasi bokong dengan
Sectio Cesaria merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma
yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya
akan tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa
semua presentasi bokong harus harus dilahirkan secara
perabdominam.
7. PROGNOSIS
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki
risiko yang lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan
sungsang yang sulit terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara
manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai
perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis,
atau persalinan after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap,
dapat mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan
manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan
robekan perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi
uterus yang nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya
diikuti oleh perdarahan postpartum dari tempat implantasi plasenta. Meskipun
demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan dengan
ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada tindakan
seksio sesarea.
Bagi janin, prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh 1. DEFINISI
Presentasi
Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
2. INSIDENSI
Presentasi bokong memiliki angka kejadian sekitar 3-8%
dari seluruh persalinan pervaginam.
3. ETIOLOGI
Faktor Janin: Kembar, hidrosefalus, anensefali,
oligohidramnion, polihidramnion.
Faktor Ibu: Uterus abnormal (uterus bikornus), uterus
kendor, plasenta previa, plasenta di fundus
4. KLASIFIKASI
a.
Presentasi
bokong murni (Frank Breech)
Yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut
sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
b.
Presentasi
bokong lengkap (Complete Breech)
Yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari
pada ekstensi.
c.
Presentasi
bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan
satu atau kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau
lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir,terdiri dari :
1) Letak kaki :
Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Presentasi
Kaki
2) Letak lutut :
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
5. DIAGNOSIS
a.
Pemeriksaan
Abdomen
1) Palpasi
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Leopold I :
Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati bagian fundus
uteri.
Leopold II
: Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil
berada pada sisi yang lain.
Leopold III
: Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement belum
terjadi.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
b.
Pemeriksaan
dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus.
c.
Pemeriksaan
Penunjang.
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
d.
Skor
Zatuchni Acros
Tujuan penelitian untuk menilai keberhasilan persoalan sungsang genap bulan
dengan memakai skor Zatuchni-Andros (Z,A).
Resiko asfiksia pada persalinan
sungsang bulan dengan pervagnam adalah 5.28 kali lebih besar pda menit pertama,
8.01 kali pada menit kelima dan 25.69 kali pula menit kesepuluh
pada skor Z-A 4 dibanding pada skor Z-A 4.
Risiko asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan dengan cara pervaginam 3.75 kali lebih besar pada menit
pertama, 3.21 kali pada menit kelima dan 3.29 kali pada skor Z-A 4.
Kejadian asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan pada persalinan pervaginam sama dibandingkan persalinan
bedah caesar pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok inersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 1.86 lebih besar pada
menit pertama, 1.99 kali pada menit kelima dan 1.19 kali pada menit kesepuluh
pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok innersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 3.98 kali lebih besar
pada menit pertama, 2.17 kali pada menit kelima, sama pada menit kesepuluh pada
skor Z-A 4.
6. MEKANISME
PERSALINAN BOKONG
a. Persalinan Spontan (spontan bracht)
![]() |
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri , tanpa manipulasi penolong
Gambar 4. Persalinan dengan spontan
Bracht
b. Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan
sontan tidak berhasil, atau jika scapula
inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyaki 2-3 kali.
Fase
persalinan pada ekstraksi parsial:
1. Fase lambat
Fase dimana penolong menunggu dengan sabar
lahirnya bokong sampai umbilicus,
setelah itu tali pusat dikendorkan
2. Fase Cepat
Fase dimana penolong harus bertindak cepat,
mulai dari lahirnya umbilicus sampai
lahirnya mulut, maksimal waktu adalah 8 menit
3. Fase
Lambat
Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai
berturut turut lahir hidung, dahi dan seluruh
kepala.
Ekstraksi Parsial
dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Cara Klasik
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam ke atas sejauh mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
2. Cara Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan
terlebih dahulu, kedua tangan penolong
memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian ditarik
ke atas untuk melahirkan bahu belakang
![]() |
3. Cara Lovset
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180 derajad, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan untuk melahirkan bahu belakang
c. Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi
bokong dan ekstraksi kaki.
Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong
sudah berada di dasar panggul, sedangkan
ekstraksi kaki dilakukan pada
presentasi kaki, atau bokong masih
dapat dibebaskan dari pintu atas
panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard
![]() |
d. Melahirkan Janin dengan Lengan Menunjuk (Nuchal Arm)
Kadang ada kalanya bahu janin tidak dapat
lahir yang disebabkan karena lengan yang
tersangkut dalam posisi menunjuk (nuchal arm). Lengan menunjuk maksudnya adalah posisi salah satu lengan
berada di belakang leher janin dan menunjuk
ke suatu arah. Untuk melahirkan janin dengan kondisi seperti ini , dapat digunakan kombinasi antara cara
Klasik dan Lovset, yaitu cara BICKENBACH’s.
e. Cara Bickenbach’s dilakukan dengan cara:
Bila yang menunjuk adalah lengan depan:
Kedua tangan penolong mencengkam badan janin
sedemikian rupa sehingga kedua
ibu jari penolong berada di punggung ianin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian penolong memutar badan
janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan
janin menunjuk, sehingga lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi di depan dada janin , dan
menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah
ini lengan belakang dilahirkan dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan
dengan cara klasik.
![]() |
Bila yang menunjuk adalah lengan belakang:
Caranya hamper sama dengan bila yang menunjuk
adalah lengan depan, namun kedua
tangan penolong mencengkam badan janin sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada di dada
janin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian
penolong memutar badan janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan janin menunjuk, sehingga
lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi
di depan dada janin , dan menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah ini lengan belakang dilahirkan
dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan dengan cara klasik.
Melahirkan Kepala :
Untuk melahirkan kepala, dapat dilakukan
dengan cara Mauriceau. Cara ini dilakukan
dengan cara tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina mencari mulut janin, setelah ketemu, jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut janin, dan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada fossa kanina sehingga dapat menahan
kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi. Badan janin ditopang di tangan kiri penolong sehingga janin tampak seperti menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan mencengkam
leher janin dari arah punggung . Setelah itu dilakukan traksi cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai
hipomoklion, baru dilakukan traksi cunam ke atas,
sehingga lahirlah berturut turut mulut, hidung, mata , dahi.
![]() |
f.
Persalinan
PerAbdominal (SC)
Persalianan presentasi bokong dengan
Sectio Cesaria merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma
yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya
akan tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa
semua presentasi bokong harus harus dilahirkan secara
perabdominam.
7. PROGNOSIS
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki
risiko yang lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan
sungsang yang sulit terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara
manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai
perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis,
atau persalinan after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap,
dapat mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan
manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan
robekan perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi
uterus yang nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya
diikuti oleh perdarahan postpartum dari tempat implantasi plasenta. Meskipun
demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan dengan
ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada tindakan
seksio sesarea.
Bagi janin, prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering dijumpai bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi bayi.
Fraktur humerus dan klavikula tidak selalu dapat
dihindari ketika dilakukan pembebasan lengan, dan fraktur femur dapat terjadi
dalam pelaksanaan ekstraksi bokong pada persalinan frank breech yang sulit.
Hematom otot sternokleidomastoideus kadang kala terjadi setelah tindakan
ekstraksi, meskipun keadaan ini akan hilang spontan. Tetapi, beberapa
permasalahan yang lebih serius dapat mengikuti separasi epifisis pada tulang
skapula, humerus atau femur. Paralisis lengan merupakan peristiwa yang bisa
terjadi akibat tekanan oleh jari tangan operator pada pleksus brakialis ketika
melakukan traksi, tetapi lebih sering lagi disebabkan oleh peregangan leher
secara berlebihan ketika dilakukan pembebasan lengan bayi. Kalau bayi ditarik
keluar secara paksa lewat panggul yang sempit, fraktur kompresi berbentuk
sendok atau fraktur tengkorak yang sebenarnya, dengan akibat yang umumnya
fatal, bisa saja terjadi. Kadang-kadang leher bayi sendiri dapat patah kalau
pada waktu ekstraksi digunakan tenaga yang besar.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus
sesuai dengan mekanisme persalinan bokong.
lebih sering dijumpai bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan
komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi bayi.
Fraktur humerus dan klavikula tidak selalu dapat
dihindari ketika dilakukan pembebasan lengan, dan fraktur femur dapat terjadi
dalam pelaksanaan ekstraksi bokong pada persalinan frank breech yang sulit.
Hematom otot sternokleidomastoideus kadang kala terjadi setelah tindakan
ekstraksi, meskipun keadaan ini akan hilang spontan. Tetapi, beberapa
permasalahan yang lebih serius dapat mengikuti separasi epifisis pada tulang
skapula, humerus atau femur. Paralisis lengan merupakan peristiwa yang bisa
terjadi akibat tekanan oleh jari tangan operator pada pleksus brakialis ketika
melakukan traksi, tetapi lebih sering lagi disebabkan oleh peregangan leher
secara berlebihan ketika dilakukan pembebasan lengan bayi. Kalau bayi ditarik
keluar secara paksa lewat panggul yang sempit, fraktur kompresi berbentuk
sendok atau fraktur tengkorak yang sebenarnya, dengan akibat yang umumnya
fatal, bisa saja terjadi. Kadang-kadang leher bayi sendiri dapat patah kalau
pada waktu ekstraksi digunakan tenaga yang besar.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus
sesuai dengan mekanisme persalinan bokong.
Langganan:
Komentar (Atom)









