A.
DEPRES
1. Pengertian
Depresi adalah keadaan patah hati atau
putus asa yang merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, tidak ada gairah hidup
yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu,
pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir serta
menganalisa.
Depresi bisa
diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum
depresi, merupakan gangguan mood sama halnya
dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan biologis yang
melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat
kehamilan, perubahan
hormone bisa mempengaruhi kimia otak yang
berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan
depresi.
2. Tanda gejala
Bumil dengan
depresi biasanya mengalami beberapa gejala ini selama 2 minggu atau lebih :
a.
Sedih yang persisten (menetap)
b.
Sulit berkonsentrasi
c.
Banyak tidur atau kurang tidur
d.
Hilangnya minat pada aktifitas yang
biasanya disukai
e.
Pikiran berulang akan kematian,
bunuh diri atau putus asa
f.
Gelisah, muram
g.
Rasa bersalah atau rasa tak berguna
h.
Perubahan pola makan
Hal-hal yang bisa mencetuskan depresi selama hamil :
a.
Gangguan hubungan kerja
b. Riwayat
depresi baik diri maupun keluarga
c. Pengobatan
infertilitas
d. Riwayat
aborsi
e. Pengalaman
yang stressfull
f. Adanya
komplikasi dalam kehamilannya
g. Riwayat KDRT
atau trauma
3.
Penatalaksanaan
a. Harus kita
hadapi dengan sikap serius dan mengerti
b. Hendaknya
jangan menghibur, member harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau, karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
c. Untuk
mengatasi dengan cepat, gunakan obat-obat penenang
Beberapa cara dalam melakukan terapi dan
konsultasi dengan dokter kandungan seperti dengan metode support group atau
psikoterapi yang dapat dilakukan secara rutin dan
obat-obatan, jika gejala berat boleh diberikan anti depresi.
Depresi yang
tidak ditangani bisa memberikan potensi bahaya ke ibu dan janin. Depresi yang
tidak tertangani bisa menyebabkan asupan nutrisi menjadi jelek, merokok dan
tingkah laku ingin bunuh diri, yang mana hal-hal ini bisa menyebabkan
kelahiran kurang bulan, berat lahir rendah, dan gangguan pertumbuhan lainnya.
B.
PSIKOSA
1.
Pengertian
Suatu
gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini
dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang
menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu,
sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari
sangat terganggu.
Psikosa
adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak
ada kontak dengan realitas, pada umumnya gejalanya tidak mampu melakukan
partisipasi sosial. Sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap
lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu
perawatan di Rumah sakit.
Jenis-jenis
psikosa yaitu skizophrenia dan paranoid. Paranoid di lain pihak adalah jenis
yang sudah lebih lanjut ditandai dengan halusinasi merupakan persepsi palsu dan
kecurigaan yang sangat kuat, pola berpikir makin kacau dan tingkah laku makin
tidak normal. Psikosa umumnya terbagi dalam
dua golongan besar yaitu:
a.
Psikosa
fungsional
Factor
penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang
berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau
penglaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.
b.
Psikosa
organic
Disebabkan
oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari
suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
2.
Tanda gejala
Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls
serta waham dan halusinasi. Menninger
telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola
psikotik:
a.
Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
b.
Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan
dan motorilk yang berlebihan
c.
Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan,
acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
d.
Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan,
kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran
e.
Keadaan bingung dan delirium dengan
disorientasi dan halusinasi.
3.
Penatalaksanaan
a.
Pengobatan
etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak
terjadi kerusakan otak yang menetap.
b.
Peredaran
darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi
stimulansia.
c.
Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan
sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong,
tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang,
tetapi bertambah gelisah.
d.
Klien harus
dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya
sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun
untuk orang lain.
e.
Dicoba
menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan
kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak
tahan terlalu diisolasi.
f.
Terdapat
gejala psikiatrik bila sangat mengganggu
C.
PSIKONEUROSA
Psikoneurosa
yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang
bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental
dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan
emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang
memiliki energi)
Macam-macam psikoneurosa sesuai
dengan gejalanya :
1.
Neurosis kuatir atau anxiety
neurosis
a.
Gejala-gejala neurosis cemas
Gejala-gejala
neurosis cemas : 1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan,
kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst. 2) Gejala
psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak
mampu,dst.
b.
Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut
Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam. Sebab-sebab anxiety secara umum :
·
Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus
·
Repressi terhadap masalah emosional, akan tetapi tidak
bisa berlangsung secara sempurna
·
Kecenderungan harga diri yang terhalang.
·
Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang
terhambat, sehingga menimbulkn banyak konflik batin.
c.
Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk
penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau
kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah
tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada
beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas,
yaitu : Psikoterapi individual, psikoterapi kelompok, psikoterapi analitik, sosioterapi,
terapi seni kreatif, terapi kerja, terapi perilaku, farmakoterapi.
2.
Histeria
a.
Gejala-gejala hysteria
Histeria
merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak
terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap
rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan
jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering
timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b.
Jenis-jenis hysteria
Histeria
digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi
disosiasi atau histeria mayor.
1)
Histeria minor atau reaksi konversi
Pada
histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi
konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau
somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli,
dst.
2)
Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria
jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang dialami penderita demikian hebat,
sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya
sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul
gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
c.
Faktor penyebab hysteria
Menurut
Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman
menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar.
Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun
pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan
ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar
tetapi dalam bentuk gangguan jiwa. Sebab-sebab hysteria:
1)
Ada prediposisi pembawaan berupa system syaraf yang
lemah.
2)
Tekanan-tekanan mental yang disebabkan oleh,
kesusahan, kekecawaan,shocks, dan pengalaman-pengalamn taraumatis/luka jiwa.nya
sugesti diri yag buruk dan melemahkan mental.
3)
Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha
menguasai keadaan, lalu mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang
dibuat-buat.
4)
Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin yang keliru,
sehingga mengakibatkan control pribadi yang lemah dan integrasi kepribadian
yang miskin, sangat kekanak-kanakan.
5)
Kondidi fisik yang buruk, misalnya sakit-sakitan,
lemah, lelah, fungsi-fungsi organic yang lemah, gangguan pikiran, dan badaniah.
d.
Terapi terhadap penderita hysteria
Ada beberapa teknik terapi yang
dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu:
1)
Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph
Breuer)
2)
Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund
Freud)
3)
Psikoterapi suportif.
4)
Farmakoterap
3.
Neurosis obsesif kompulsif
a.
Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah
obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai
kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak
dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut
tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain
:
·
Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri
meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
·
Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk
membakar sesuatu.
·
Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk
bepergian.
·
Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan
secara terus menerus.
b.
Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis
jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 :
116-117) :
·
Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau
dialihkan.
·
Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa
lalu (masa kecil).
c.
Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
·
Psikoterapi suportif
·
Penjelasan dan pendidikan
·
Terapi perilaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar