INDAHNYA KEBERSAMAAN

Kamis, 19 April 2012

kehamilan dengan gangguan jiwa

A.    DEPRES
1.  Pengertian

Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, tidak ada gairah hidup yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktifitas fisik ataupun mental dan kesukaran dalam berkarir serta menganalisa.
Depresi bisa diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood  merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bisa mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
     2. Tanda gejala
Bumil dengan depresi biasanya mengalami beberapa gejala ini selama 2 minggu atau lebih :
a.       Sedih yang persisten (menetap)
b.      Sulit berkonsentrasi
c.       Banyak tidur atau kurang tidur
d.      Hilangnya minat pada aktifitas yang biasanya disukai
e.       Pikiran berulang akan kematian, bunuh diri atau  putus asa
f.       Gelisah, muram
g.      Rasa bersalah atau rasa tak berguna
h.      Perubahan pola makan
Hal-hal yang bisa mencetuskan depresi selama hamil :
a.       Gangguan hubungan kerja
b.      Riwayat depresi baik diri maupun keluarga
c.       Pengobatan  infertilitas
d.      Riwayat aborsi
e.       Pengalaman yang stressfull
f.       Adanya komplikasi dalam kehamilannya
g.      Riwayat KDRT atau trauma
3.      Penatalaksanaan
a.       Harus kita hadapi dengan sikap serius dan mengerti
b.      Hendaknya jangan menghibur, member harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau, karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
c.       Untuk mengatasi dengan cepat, gunakan  obat-obat penenang
Beberapa cara dalam  melakukan terapi dan konsultasi dengan dokter kandungan seperti dengan metode support group atau psikoterapi yang dapat dilakukan secara rutin dan obat-obatan, jika gejala berat boleh diberikan anti depresi.
Depresi yang tidak ditangani bisa memberikan potensi bahaya ke ibu dan janin. Depresi yang tidak tertangani bisa menyebabkan asupan nutrisi menjadi jelek, merokok dan tingkah laku ingin bunuh diri, yang mana hal-hal ini bisa menyebabkan  kelahiran kurang bulan, berat lahir rendah, dan gangguan pertumbuhan lainnya.
                                                                                                   
B.     PSIKOSA
1.      Pengertian
Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Keadaan ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.

Psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas, pada umumnya gejalanya tidak mampu melakukan partisipasi sosial. Sering ada gangguan bicara, kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan orang lain dan diri sendiri perlu perawatan di Rumah sakit.
Jenis-jenis psikosa yaitu skizophrenia dan paranoid. Paranoid di lain pihak adalah jenis yang sudah lebih lanjut ditandai dengan halusinasi merupakan persepsi palsu dan kecurigaan yang sangat kuat, pola berpikir makin kacau dan tingkah laku makin tidak normal. Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a.       Psikosa fungsional
Factor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau penglaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang.
b.      Psikosa organic
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
2.      Tanda gejala
Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta waham dan halusinasi. Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik:
a.       Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam
b.      Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan
c.       Regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
d.      Preokupasi  yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membela diri atau rasa kebesaran
e.       Keadaan  bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

3.      Penatalaksanaan
a.       Pengobatan etiologik harus sedini mungkin dan di samping faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang menetap.
b.      Peredaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung dan tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia.
c.       Pemberian cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi. Hati-hati dengan sedativa dan narkotika (barbiturat, morfin) sebab kadang-kadang tidak menolong, tetapi dapat menimbulkan efek paradoksal, yaitu klien tidak menjadi tenang, tetapi bertambah gelisah.
d.      Klien harus dijaga terus, lebih-lebih bila ia sangat gelisah, sebab berbahaya untuk dirinya sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
e.       Dicoba menenangkan klien dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau dengan kompres es. Klien mungkin lebih tenang bila ia dapat melihat orang atau barang yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap , klien tidak tahan terlalu diisolasi.
f.       Terdapat gejala psikiatrik bila sangat mengganggu

C.     PSIKONEUROSA
Psikoneurosa  yaitu ketegangan pribadi terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangan tidak meresa akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperrti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar kurang tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi)
Macam-macam psikoneurosa sesuai dengan gejalanya :

1.      Neurosis kuatir atau anxiety neurosis
a.       Gejala-gejala neurosis cemas
Gejala-gejala neurosis cemas : 1) Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst. 2) Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu,dst.
b.      Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam. Sebab-sebab anxiety secara umum :
·         Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus
·         Repressi terhadap masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
·         Kecenderungan harga diri yang terhalang.
·         Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkn banyak konflik batin.
c.       Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita. Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu : Psikoterapi individual, psikoterapi kelompok, psikoterapi analitik, sosioterapi, terapi seni kreatif, terapi kerja, terapi perilaku, farmakoterapi.
2.      Histeria
a.       Gejala-gejala hysteria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b.      Jenis-jenis hysteria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1)      Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
2)      Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang dialami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
c.       Faktor penyebab hysteria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gangguan jiwa. Sebab-sebab hysteria:
1)      Ada prediposisi pembawaan berupa system syaraf yang lemah.
2)      Tekanan-tekanan mental yang disebabkan oleh, kesusahan, kekecawaan,shocks, dan pengalaman-pengalamn taraumatis/luka jiwa.nya sugesti diri yag buruk dan melemahkan mental.
3)      Oleh kelemahan-kelemahan diri, individu berusaha menguasai keadaan, lalu mentiranisasi lingkungan dengan tingkah lakunya yang dibuat-buat.
4)      Kebiasaan hidup dan disiplin-disiplin yang keliru, sehingga mengakibatkan control pribadi yang lemah dan integrasi kepribadian yang miskin, sangat kekanak-kanakan.
5)      Kondidi fisik yang buruk, misalnya sakit-sakitan, lemah, lelah, fungsi-fungsi organic yang lemah, gangguan pikiran, dan badaniah.
d.      Terapi terhadap penderita hysteria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu:
1)      Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer)
2)      Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud)
3)      Psikoterapi suportif.
4)      Farmakoterap
3.      Neurosis obsesif kompulsif
a.       Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain :
·         Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
·         Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
·         Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
·         Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.

b.      Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000 : 116-117) :
·         Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
·         Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
c.       Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
·         Psikoterapi suportif
·         Penjelasan dan pendidikan
·         Terapi perilaku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar