1. DEFINISI
Presentasi
Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
2. INSIDENSI
Presentasi bokong memiliki angka kejadian sekitar 3-8%
dari seluruh persalinan pervaginam.
3. ETIOLOGI
Faktor Janin: Kembar, hidrosefalus, anensefali,
oligohidramnion, polihidramnion.
Faktor Ibu: Uterus abnormal (uterus bikornus), uterus
kendor, plasenta previa, plasenta di fundus
4. KLASIFIKASI
a.
Presentasi
bokong murni (Frank Breech)
Yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut
sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
b.
Presentasi
bokong lengkap (Complete Breech)
Yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari
pada ekstensi.
c.
Presentasi
bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan
satu atau kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau
lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir,terdiri dari :
1) Letak kaki :
Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Presentasi
Kaki
2) Letak lutut :
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
5. DIAGNOSIS
a.
Pemeriksaan
Abdomen
1) Palpasi
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Leopold I :
Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati bagian fundus
uteri.
Leopold II
: Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil
berada pada sisi yang lain.
Leopold III
: Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement belum
terjadi.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
b.
Pemeriksaan
dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus.
c.
Pemeriksaan
Penunjang.
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
d.
Skor
Zatuchni Acros
Tujuan penelitian untuk menilai keberhasilan persoalan sungsang genap bulan
dengan memakai skor Zatuchni-Andros (Z,A).
Resiko asfiksia pada persalinan
sungsang bulan dengan pervagnam adalah 5.28 kali lebih besar pda menit pertama,
8.01 kali pada menit kelima dan 25.69 kali pula menit kesepuluh
pada skor Z-A 4 dibanding pada skor Z-A 4.
Risiko asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan dengan cara pervaginam 3.75 kali lebih besar pada menit
pertama, 3.21 kali pada menit kelima dan 3.29 kali pada skor Z-A 4.
Kejadian asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan pada persalinan pervaginam sama dibandingkan persalinan
bedah caesar pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok inersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 1.86 lebih besar pada
menit pertama, 1.99 kali pada menit kelima dan 1.19 kali pada menit kesepuluh
pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok innersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 3.98 kali lebih besar
pada menit pertama, 2.17 kali pada menit kelima, sama pada menit kesepuluh pada
skor Z-A 4.
6. MEKANISME
PERSALINAN BOKONG
a. Persalinan Spontan (spontan bracht)
![]() |
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri , tanpa manipulasi penolong
Gambar 4. Persalinan dengan spontan
Bracht
b. Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan
sontan tidak berhasil, atau jika scapula
inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyaki 2-3 kali.
Fase
persalinan pada ekstraksi parsial:
1. Fase lambat
Fase dimana penolong menunggu dengan sabar
lahirnya bokong sampai umbilicus,
setelah itu tali pusat dikendorkan
2. Fase Cepat
Fase dimana penolong harus bertindak cepat,
mulai dari lahirnya umbilicus sampai
lahirnya mulut, maksimal waktu adalah 8 menit
3. Fase
Lambat
Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai
berturut turut lahir hidung, dahi dan seluruh
kepala.
Ekstraksi Parsial
dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Cara Klasik
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam ke atas sejauh mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
2. Cara Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan
terlebih dahulu, kedua tangan penolong
memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian ditarik
ke atas untuk melahirkan bahu belakang
![]() |
3. Cara Lovset
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180 derajad, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan untuk melahirkan bahu belakang
c. Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi
bokong dan ekstraksi kaki.
Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong
sudah berada di dasar panggul, sedangkan
ekstraksi kaki dilakukan pada
presentasi kaki, atau bokong masih
dapat dibebaskan dari pintu atas
panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard
![]() |
d. Melahirkan Janin dengan Lengan Menunjuk (Nuchal Arm)
Kadang ada kalanya bahu janin tidak dapat
lahir yang disebabkan karena lengan yang
tersangkut dalam posisi menunjuk (nuchal arm). Lengan menunjuk maksudnya adalah posisi salah satu lengan
berada di belakang leher janin dan menunjuk
ke suatu arah. Untuk melahirkan janin dengan kondisi seperti ini , dapat digunakan kombinasi antara cara
Klasik dan Lovset, yaitu cara BICKENBACH’s.
e. Cara Bickenbach’s dilakukan dengan cara:
Bila yang menunjuk adalah lengan depan:
Kedua tangan penolong mencengkam badan janin
sedemikian rupa sehingga kedua
ibu jari penolong berada di punggung ianin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian penolong memutar badan
janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan
janin menunjuk, sehingga lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi di depan dada janin , dan
menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah
ini lengan belakang dilahirkan dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan
dengan cara klasik.
![]() |
Bila yang menunjuk adalah lengan belakang:
Caranya hamper sama dengan bila yang menunjuk
adalah lengan depan, namun kedua
tangan penolong mencengkam badan janin sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada di dada
janin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian
penolong memutar badan janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan janin menunjuk, sehingga
lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi
di depan dada janin , dan menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah ini lengan belakang dilahirkan
dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan dengan cara klasik.
Melahirkan Kepala :
Untuk melahirkan kepala, dapat dilakukan
dengan cara Mauriceau. Cara ini dilakukan
dengan cara tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina mencari mulut janin, setelah ketemu, jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut janin, dan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada fossa kanina sehingga dapat menahan
kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi. Badan janin ditopang di tangan kiri penolong sehingga janin tampak seperti menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan mencengkam
leher janin dari arah punggung . Setelah itu dilakukan traksi cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai
hipomoklion, baru dilakukan traksi cunam ke atas,
sehingga lahirlah berturut turut mulut, hidung, mata , dahi.
![]() |
f.
Persalinan
PerAbdominal (SC)
Persalianan presentasi bokong dengan
Sectio Cesaria merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma
yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya
akan tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa
semua presentasi bokong harus harus dilahirkan secara
perabdominam.
7. PROGNOSIS
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki
risiko yang lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan
sungsang yang sulit terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara
manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai
perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis,
atau persalinan after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap,
dapat mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan
manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan
robekan perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi
uterus yang nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya
diikuti oleh perdarahan postpartum dari tempat implantasi plasenta. Meskipun
demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan dengan
ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada tindakan
seksio sesarea.
Bagi janin, prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh 1. DEFINISI
Presentasi
Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
2. INSIDENSI
Presentasi bokong memiliki angka kejadian sekitar 3-8%
dari seluruh persalinan pervaginam.
3. ETIOLOGI
Faktor Janin: Kembar, hidrosefalus, anensefali,
oligohidramnion, polihidramnion.
Faktor Ibu: Uterus abnormal (uterus bikornus), uterus
kendor, plasenta previa, plasenta di fundus
4. KLASIFIKASI
a.
Presentasi
bokong murni (Frank Breech)
Yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut
sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
b.
Presentasi
bokong lengkap (Complete Breech)
Yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari
pada ekstensi.
c.
Presentasi
bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan
satu atau kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau
lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir,terdiri dari :
1) Letak kaki :
Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
Presentasi
Kaki
2) Letak lutut :
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
5. DIAGNOSIS
a.
Pemeriksaan
Abdomen
1) Palpasi
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Dengan perasat Leopold didapatkan;
Leopold I :
Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati bagian fundus
uteri.
Leopold II
: Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil
berada pada sisi yang lain.
Leopold III
: Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement belum
terjadi.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin terdengar dibawah umbilikus.
b.
Pemeriksaan
dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum,
tuber ossis ischii, anus.
c.
Pemeriksaan
Penunjang.
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
d.
Skor
Zatuchni Acros
Tujuan penelitian untuk menilai keberhasilan persoalan sungsang genap bulan
dengan memakai skor Zatuchni-Andros (Z,A).
Resiko asfiksia pada persalinan
sungsang bulan dengan pervagnam adalah 5.28 kali lebih besar pda menit pertama,
8.01 kali pada menit kelima dan 25.69 kali pula menit kesepuluh
pada skor Z-A 4 dibanding pada skor Z-A 4.
Risiko asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan dengan cara pervaginam 3.75 kali lebih besar pada menit
pertama, 3.21 kali pada menit kelima dan 3.29 kali pada skor Z-A 4.
Kejadian asfiksia pada persalinan
sungsang genap bulan pada persalinan pervaginam sama dibandingkan persalinan
bedah caesar pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok inersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 1.86 lebih besar pada
menit pertama, 1.99 kali pada menit kelima dan 1.19 kali pada menit kesepuluh
pada skor Z-A 4.
Risiko terjadinya asfiksia pada
kelompok innersia uteri yang dilakukan oksitosin drip 3.98 kali lebih besar
pada menit pertama, 2.17 kali pada menit kelima, sama pada menit kesepuluh pada
skor Z-A 4.
6. MEKANISME
PERSALINAN BOKONG
a. Persalinan Spontan (spontan bracht)
![]() |
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri , tanpa manipulasi penolong
Gambar 4. Persalinan dengan spontan
Bracht
b. Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan
sontan tidak berhasil, atau jika scapula
inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyaki 2-3 kali.
Fase
persalinan pada ekstraksi parsial:
1. Fase lambat
Fase dimana penolong menunggu dengan sabar
lahirnya bokong sampai umbilicus,
setelah itu tali pusat dikendorkan
2. Fase Cepat
Fase dimana penolong harus bertindak cepat,
mulai dari lahirnya umbilicus sampai
lahirnya mulut, maksimal waktu adalah 8 menit
3. Fase
Lambat
Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai
berturut turut lahir hidung, dahi dan seluruh
kepala.
Ekstraksi Parsial
dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Cara Klasik
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam ke atas sejauh mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
2. Cara Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan
terlebih dahulu, kedua tangan penolong
memegang panggul bayi secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan lahir, kemudian ditarik
ke atas untuk melahirkan bahu belakang
![]() |
3. Cara Lovset
![]() |
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin 180 derajad, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan untuk melahirkan bahu belakang
c. Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi
bokong dan ekstraksi kaki.
Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong
sudah berada di dasar panggul, sedangkan
ekstraksi kaki dilakukan pada
presentasi kaki, atau bokong masih
dapat dibebaskan dari pintu atas
panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard
![]() |
d. Melahirkan Janin dengan Lengan Menunjuk (Nuchal Arm)
Kadang ada kalanya bahu janin tidak dapat
lahir yang disebabkan karena lengan yang
tersangkut dalam posisi menunjuk (nuchal arm). Lengan menunjuk maksudnya adalah posisi salah satu lengan
berada di belakang leher janin dan menunjuk
ke suatu arah. Untuk melahirkan janin dengan kondisi seperti ini , dapat digunakan kombinasi antara cara
Klasik dan Lovset, yaitu cara BICKENBACH’s.
e. Cara Bickenbach’s dilakukan dengan cara:
Bila yang menunjuk adalah lengan depan:
Kedua tangan penolong mencengkam badan janin
sedemikian rupa sehingga kedua
ibu jari penolong berada di punggung ianin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian penolong memutar badan
janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan
janin menunjuk, sehingga lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi di depan dada janin , dan
menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah
ini lengan belakang dilahirkan dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan
dengan cara klasik.
![]() |
Bila yang menunjuk adalah lengan belakang:
Caranya hamper sama dengan bila yang menunjuk
adalah lengan depan, namun kedua
tangan penolong mencengkam badan janin sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada di dada
janin dan sejajar sumbu panjang janin. Kemudian
penolong memutar badan janin ke arah panggul , atau ke arah dimana lengan janin menunjuk, sehingga
lengan yang tadinya berada di belakang leher menjadi
di depan dada janin , dan menjadi lengan belakang (berada di sacrum). Setelah ini lengan belakang dilahirkan
dengan cara klasik. Setelah itu baru melahirkan bahu depan , yang dapat juga dilahirkan dengan cara klasik.
Melahirkan Kepala :
Untuk melahirkan kepala, dapat dilakukan
dengan cara Mauriceau. Cara ini dilakukan
dengan cara tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina mencari mulut janin, setelah ketemu, jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut janin, dan jari telunjuk dan jari manis diletakkan pada fossa kanina sehingga dapat menahan
kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi. Badan janin ditopang di tangan kiri penolong sehingga janin tampak seperti menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan mencengkam
leher janin dari arah punggung . Setelah itu dilakukan traksi cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai
hipomoklion, baru dilakukan traksi cunam ke atas,
sehingga lahirlah berturut turut mulut, hidung, mata , dahi.
![]() |
f.
Persalinan
PerAbdominal (SC)
Persalianan presentasi bokong dengan
Sectio Cesaria merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma
yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya
akan tampak pada waktu persalinan maupun dikemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa
semua presentasi bokong harus harus dilahirkan secara
perabdominam.
7. PROGNOSIS
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki
risiko yang lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan
sungsang yang sulit terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara
manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai
perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis,
atau persalinan after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap,
dapat mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan
manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan
robekan perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi
uterus yang nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya
diikuti oleh perdarahan postpartum dari tempat implantasi plasenta. Meskipun
demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan dengan
ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada tindakan
seksio sesarea.
Bagi janin, prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering dijumpai bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi bayi.
Fraktur humerus dan klavikula tidak selalu dapat
dihindari ketika dilakukan pembebasan lengan, dan fraktur femur dapat terjadi
dalam pelaksanaan ekstraksi bokong pada persalinan frank breech yang sulit.
Hematom otot sternokleidomastoideus kadang kala terjadi setelah tindakan
ekstraksi, meskipun keadaan ini akan hilang spontan. Tetapi, beberapa
permasalahan yang lebih serius dapat mengikuti separasi epifisis pada tulang
skapula, humerus atau femur. Paralisis lengan merupakan peristiwa yang bisa
terjadi akibat tekanan oleh jari tangan operator pada pleksus brakialis ketika
melakukan traksi, tetapi lebih sering lagi disebabkan oleh peregangan leher
secara berlebihan ketika dilakukan pembebasan lengan bayi. Kalau bayi ditarik
keluar secara paksa lewat panggul yang sempit, fraktur kompresi berbentuk
sendok atau fraktur tengkorak yang sebenarnya, dengan akibat yang umumnya
fatal, bisa saja terjadi. Kadang-kadang leher bayi sendiri dapat patah kalau
pada waktu ekstraksi digunakan tenaga yang besar.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus
sesuai dengan mekanisme persalinan bokong.
lebih sering dijumpai bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan
komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi bayi.
Fraktur humerus dan klavikula tidak selalu dapat
dihindari ketika dilakukan pembebasan lengan, dan fraktur femur dapat terjadi
dalam pelaksanaan ekstraksi bokong pada persalinan frank breech yang sulit.
Hematom otot sternokleidomastoideus kadang kala terjadi setelah tindakan
ekstraksi, meskipun keadaan ini akan hilang spontan. Tetapi, beberapa
permasalahan yang lebih serius dapat mengikuti separasi epifisis pada tulang
skapula, humerus atau femur. Paralisis lengan merupakan peristiwa yang bisa
terjadi akibat tekanan oleh jari tangan operator pada pleksus brakialis ketika
melakukan traksi, tetapi lebih sering lagi disebabkan oleh peregangan leher
secara berlebihan ketika dilakukan pembebasan lengan bayi. Kalau bayi ditarik
keluar secara paksa lewat panggul yang sempit, fraktur kompresi berbentuk
sendok atau fraktur tengkorak yang sebenarnya, dengan akibat yang umumnya
fatal, bisa saja terjadi. Kadang-kadang leher bayi sendiri dapat patah kalau
pada waktu ekstraksi digunakan tenaga yang besar.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus
sesuai dengan mekanisme persalinan bokong.










Tidak ada komentar:
Posting Komentar